Sejak Nurdin Halim meninggalkan Makassar melanjutkan studi S2 di salah satu universitas di Malaysia hinggal saat ini belum pernah kembali. Sebelumnya Nurdin senior saya di Fakultas Ushuluddin UMI dan tidak sedikit memberikan bimbingan terutama pengelolaan penerbitan jurnal dan media yang lain. Tahun 1993 awal saya melanjutkan studi di Fakultas Ushuluddin UMI dan di semister-semister awal karena pada saat itu program matrikulasi bahasa Arab dan Inggris tengah di galakkan, maka meskipun Nurdin masih aktif sebagai mahasiswa telah menjadi asisten Matakuliah Bahas Inggiris dan Arab dan telah mengajar kami. Saat itulah awal berkenalan dengan senior yang juga asiste dosen. Nurdin adalah sosok yang ulet dan selalu memberikan motifasi tinggi kepada yunior-yunior khusunya dalam pengembangan diri dalam menulis karya ilmiah sekaligus menerbitkannya. Gema Ushuluddin adalah jurnal ilmiah satu-satunya pada waktu itu di Fakultas Agama bahkan mungkin di UMI yang telah mendapatkan ISSN. Karena dari semister tiga saya sudah mulai ikut menjadi salah satu anggota redaksi dari penerbitan Gema Ushuluddin ini.
Media adalah salah satu wadah untuk mengembangkan kreatifitas diri dalam mengembangkan diri pada perguruan tinggi. Apapun ide yang kita miliki bila dipublikasikan memiliki manfaat tersendiri dalam dunia ilmiah. Satu prinsip yang tidak pernah terlupakan dari Nurdin "Lebih baik bertelur perak diketahui orang dari pada bertelur emas tidak diketahui orang", artinya sekecil apapun gagasan atau ide yang kita miliki akan mudah terwujud bila disampaikan kepada orang lain dengan menggunakan berbagai macam media.
Nurdin yang lahir dan menjadi warga Riau bertekad akan menginjakkan kaki kambali di tanah nenek moyangnya Sulawesi Selatan setelah menyelasikan studi S3. Kini tengah proses penyelesaian desertasi mudah-mudahan tahun 2008 sudah bisa kelar.
Jumpa di Pekanbaru
Ketika ada undangan mengikuti Annual Conference Of Islamic Studies 2007 (ACIS) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dikti Islam (DIKTIS) Departemen Agama RI bekerjsama dengan Univ. Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada awalnya saya tidak kepikiran untuk menghadiri kegiatan tersebut karena pertimbangan ada urusan keluarga yang cukup sulit untuk di tinggalkan. Tetapi setelah konsultasi dengan kawan-kawan di Fakultas Agama UIM bahwa kehadiran saya di kegiatan ini cukup penting pula maka akhirnya memtuskan untuk berangkat.
Keputusan ke Pekanbaru telah diambil akhirnya "Siapa ya kawan di Pekanbaru yang bisa ditemui ?". Akirnya sebagai anggota Milis Buginese saya mencoba mencari informasi mengenai kawan anggota milis ini di Riau sebab saya tahu persis bahwa Riau adalah salah satu daerah yang penduduknya banyak berasal dari Bugis Makassar.
Teringatpula bahwa ada senior Nurdin Halim yang studi di Malaysia dan telah kembali ke Pekanbaru menjadi salah satu tenaga edukasi di UIN Suska Riau. Setelah lebaran Idul Fitri 1428 sempat mendapatkan ucapan selamat Idul Fitri tapi nomor Malaysia yang digunakan. Singkatnya tepatnya Rabu, 21/11/2007 malam disela-sela acara pembukan ACIS 2007 di Hotel Sahid sempat kontak bahwa saya sekrang saya di Pekanbaru.
Kamis,22/11/2007 pada acara sesis Pleno I (Liat informasi ACIS di http://www.ditpertais.net ) sedang menyimak persentasi dari pemakalah tiba-tiba telpon yang ada di saku celana depan kiri berdering, karena khawatir menggangu jalanya acara maka saya berdiri dan hendak ke bagian belakang Aula. Pada saat membalikkan badan saya langsung tersentak kaget bahwa ternyata persis di kursi dibelakang saya duduk Bang Nurdin. Wajar kalau dia tidak kenali saya sebab dalam perjalanan waktu umur bertambah dan badanpun sedikit naik botak pula rambut.