Tepatnya Sabtu, 6/4/08 setelah mengikuti Workshop Pengembangan Sertifikasi Dosen di Hotel University UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tepatnya jam 02.00 meninggalkan hotel menuju ke Halte Bus Trans Yogyakarta (Bus Trans Yogyakarta setelah beberapa keali berkunjung ke Yogya adalah sesuatu hal yang baru, karena tahun lalu karena Busway ini belum saya temukan) rencananya langsung ke tempat yang sangat di kenal ketika berkunjung di Kota Yogya Jl. Malioboro tapi Busway yang ditumpangi kebetulan mutarnya tepat di Pranbanan maka saya tidak memanfaatkan waktu untuk kembali berkunjung di dan menyaksikan candi Hindu yang merupakan salah satu tujuan wisata di Kota ini.
Mengigat ketika kuliah di Fakultas Usuhuluddin UMI, salah satu mata kuliah Sejarah Agama-Agama di Indonesia tepatnya Pertengahan Tahun 2004 yang mengharuskan kami bersama dengan kawan-kawan di angakatan 1993 dalam perjalanan studi Jawa dan Bali khusunya melihat situs-situs bersejarah yang terkait dengan Agama-Agama yang ada di Indonesia. Candi Pranbanan adalah salah satu tempat yang dikunjungi. Pada kesempatan ini setelah 11 tahun setelah berkali-kali ke Yogja berkesempatan kembali berkunjung di Candi kebanggaan Bangsa Indonesia ini utamanya Umat Hindu.
Menyaksikan kondisi Candi ini setelah Kota Yogya di landa Gempa adalah daya tarik tersendiri. Mau tahu sejarah Candi ini sebagai berikut :
Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, dan terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak. Renovasi candi ini dimulai pada tahun 1918, dan sampai sekarang belum selesai. Bangunan utama baru diselesaikan pada tahun 1953. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Sekarang, candi ini adalah sebuah situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan. Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia Tenggara, tinggi bangunan utama adalah 47m. Kompleks candi ini terdiri dari 8 kuil atau candi utama dan lebih daripada 250 candi kecil. Tiga candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada sang hyang Trimurti: Batara Siwa sang Penghancur, Batara Wisnu sang Pemelihara dan Batara Brahma sang Pencipta.
Mengigat ketika kuliah di Fakultas Usuhuluddin UMI, salah satu mata kuliah Sejarah Agama-Agama di Indonesia tepatnya Pertengahan Tahun 2004 yang mengharuskan kami bersama dengan kawan-kawan di angakatan 1993 dalam perjalanan studi Jawa dan Bali khusunya melihat situs-situs bersejarah yang terkait dengan Agama-Agama yang ada di Indonesia. Candi Pranbanan adalah salah satu tempat yang dikunjungi. Pada kesempatan ini setelah 11 tahun setelah berkali-kali ke Yogja berkesempatan kembali berkunjung di Candi kebanggaan Bangsa Indonesia ini utamanya Umat Hindu.
Menyaksikan kondisi Candi ini setelah Kota Yogya di landa Gempa adalah daya tarik tersendiri. Mau tahu sejarah Candi ini sebagai berikut :
Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, dan terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak. Renovasi candi ini dimulai pada tahun 1918, dan sampai sekarang belum selesai. Bangunan utama baru diselesaikan pada tahun 1953. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Sekarang, candi ini adalah sebuah situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan. Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia Tenggara, tinggi bangunan utama adalah 47m. Kompleks candi ini terdiri dari 8 kuil atau candi utama dan lebih daripada 250 candi kecil. Tiga candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada sang hyang Trimurti: Batara Siwa sang Penghancur, Batara Wisnu sang Pemelihara dan Batara Brahma sang Pencipta.
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat empat ruangan, satu ruangan di setiap arah mata angin. Sementara yang pertama memuat sebuah arca Batara Siwa setinggi tiga meter, tiga lainnya mengandung arca-arca yang ukuran lebih kecil, yaitu arca Durga, sakti atau istri Batara Siwa, Agastya, gurunya, dan Ganesa, putranya. Arca Durga juga disebut sebagai Rara atau Lara/Loro Jongrang (dara langsing) oleh penduduk setempat. Untuk lengkapnya bisa melihat di artikel Loro Jonggrang. Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Batara Wisnu, yang menghadap ke arah utara dan satunya dipersembahkan kepada Batara Brahma, yang menghadap ke arah selatan. Selain itu ada beberapa candi kecil lainnya yang dipersembahkan kepada sang lembu Nandini, wahana Batara Siwa, sang Angsa, wahana Batara Brahma, dan sang Garuda, wahana Batara Wisnu. Lalu relief di sekeliling dua puluh tepi candi menggambarkan wiracarita Ramayana. Versi yang digambarkan di sini berbeda dengan Kakawin Ramayana Jawa Kuna, tetapi mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan melalui tradisi oral.